♥Tanaman Buah Dalam Pot♥
Hai Go
Green-ers~ disini kita tidak hanya nge-post berita berita, tapi kita juga
nge-post cerpen^^
Cerpen
ini hanya imajinasi belaka, tapi cara yang ada di cerpen ini bisa dipraktekan
kok =) lets check it out (^o^)丿
#########################################################
Sudah seharian ini Karin pusing
memikirkan halaman belakang rumahnya yang gersang dan berantakan. “Ahh.. Aku
ingin sekali membuat kebun sendiri.” Karin terduduk lemas di shofa ruang tamu.
Karin adalah seorang siswi kelas 8 di SMP Kartika Bangsa. Karin sebenarnya
siswi yang aktif, namun dia selalu malas ketika berada di rumah. Karin tak
habis habisnya memikirkan cara untuk membuat halaman belakang rumahnya menjadi
hijau. “Lebih baik aku mencari referensi untuk ini” sesegera mungkin Karin
membuka laptopnya dan mencari sinyal Wi-fi
Di lain tempat, Sharon sedang
membereskan buku buku fisikanya. “Aish, terlalu banyak urusan yang ku tangani.
Bisakah aku lepas dari kesibukan sebentar saja? Aku ingin istirahat.” Sharon
mendengus kesal dengan semua tugasnya yang menumpuk. Sharon adalah sahabat
Karin, mereka sama sama anggota OSIS di SMP Kartika Bangsa. “Ah iya, bagaimana
kalau tabulampot?” seru Sharon saat belenggu lomba Go green antar kelas
terlintas di pikirannya. Tak berpikir panjang lagi, Sharon segera menelfon
Karin
**Tuuut…Tuuut…Tuuut*
Karin menghentikan aktivitasnya saat
telfonnya berdering, “Halo, Karin?” ucap Sharon di telfon “Ya Sharon. Ada apa?”
Karin berdiri dan berjalan keluar kamar. “Aku punya ide untuk lomba Go Green antar
kelas. Kau mau dengar?” ucap Sharon tanpa basa basi. Karin menunduk, “Besok
saja kita beritaukan teman teman. Saat ini aku sedang mengurusi halaman
belakang rumah.”. “Baiklah, ya sudah. Selamat beraktifitas Bu ketua!!” ucap
Sharon bersemangat lantas memutus sambungan telfonnya.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••♣♣♣••••••••••••••••••••••••••••••••
“Huh, H-24.. Aku belum melihat
perubahan signifikan di kelasku.” Karin menaruh tas di kelas dan hendak pergi
ke kantin. Namun sebelum Karin sempat pergi, Zulfi memanggilnya, “hei Bu ketua,
mau kita apakan kelas kita agar menang GG antar kelas?”. Karin menghela
nafasnya sejenak, “Sharon punya saran sepertinya. Kemarin dia menelfonku.
Mungkin nanti dia akan menerangkannya pada kita.”. Setelah mengobrol sebentar
dengan Zulfi, Karin pergi ke kantin sendirian.
Selang waktu beberapa menit Karin
pergi, Sharon datang dengan membawa pohon jambu air di tangannya. “Apa ini
Shar? Kenapa bisa pohon jambu air kau bawa dengan tanganmu sendiri?” Zulfi
terbengong ria melihat tanaman yang Sharon bawa. Sharon terkikik melihat
ekspresi Zulfi yang seperti kambing ompong. “Hei hei hei, lihat ekspresimu
sekarang Zul. Kau terlihat seperti… seperti orang bodoh.” setelah berkata
seperti itu, Sharon berniat lari dari terkaman Zulfi.
Namun nihil, Sharon malah bertabrakan
dengan Karin. “Ah, appoyo. Hei, becarefull Sharon.” ucap Karin dalam bahasa
Korea dan Inggris. Sharon hanya meringis dan menatap Karin sejenak. Seketika
Sharon menjentikkan jarinya, “Nah, kebetulan kamu berangkat pagi. Ini ide ku!”
Karin terlihat heran dengan benda yang di bawa oleh Sharon. “Apa ini Shar?
Pohon jambu air? ” Karin masih terheran heran melihat pot yang dibawa Sharon.
Sharon mengangguk mantap didepan Karin. “Ta-bu-lam-pot… iya kan?” Karin mencoba
menebak maksud Sharon. “Tepat sekali. Ternyata Karin Adyatma pintar juga.”
Sharon menepuk bahu Karin. Karin membulatkan matanya, “Hei, semua orang juga
sudah tau itu. Sudahlah, mari kita kerjakan.” Karin menarik Sharon keluar kelas
menuju ruang BK.
Sharon dan Karin menjelaskan tentang
gagasan mereka kepada guru BK. Tak perlu waktu lama untuk gagasan mereka
disetujui. Karin dan Sharon lantas berlari kembali ke kelas. Layaknya anak
kecil, mereka berlari sambil melebarkan tangan mereka ke samping hingga
menyerupai pesawat terbang. “Haaa~ senangnya hari ini.” Karin berseru di
koridor sekolah.
“Nah, pertama kita harus menyiapkan
potnya dulu.” Sharon menerangkan seraya meletakkan pot di halaman sekolah yang
sempit. “Terus?” Zulfi bertanya dengan semangat. “Kedua, media tanamnya
dimasukan. Media tanam yang kita pakai ini adalah sekam, pupuk kandang dan
tanah kira kira perbandingannya 2 sekam banding 2 pupuk kandang banding 1 tanah
. Memasukannya cukup sampai 5 cm dari bibir pot. Setelah itu kita siram,
didiamkan dulu selama dua sampai tiga hari supaya mengendap dan stabil. Oiya,
potnya tadi jangan yang berlubang ya, tapi kalau berlubang tinggal ditutup
pakai pecahan genting aja.” Sharon menjelaskan panjang lebar.
Tiga hari berlalu cepat. Sharon, Karin
dan teman teman sekelas mereka tengah asyik menanam. “Yap, begitu Zul. Itu
tinggal dilubangi di tengah. Ukurannya harus sama lho sama polybag mu.” tegur
Sharon pada Zulfi. “Siap Bu lingkungan.” Zulfi langsung melakukan apa yang
dikatakan Sharon. Sharon juga menegur teman temannya yang lain. Sharon bertanya
pada semua temannya, “Semuanya sudah di lubangi?”. Serentak semuanya
mengangguk. “Sekarang bibitnya di lepas dari polybag nya. Tinggal digunting
kok.” Sharon menjelaskan langkah berikutnya. Seluruh siswa tampaknya senang dengan
kegiatan ini. Bahkan senyuman tak pernah luntur dari wajah Karin.
“Ini kapan masuk pot?” sebagai
bendahara, Irul paling cerewet di kelas. Sharon berseru, “Baiklah, kalau
akarnya sudah rapi dan aman langsung aja dimasukan.” . Mereka pun mengecek akar
akar bibit milik masing masing. “Yap, sudah rapi. Masukan..” Karin berbicara
sendiri dengan riang. Zulfi yang sedang berada di dekat Karin pun tertawa
melihat tingkah Karin. Karin yang menyadari dirinya selalu diperhatikan oleh
Zulfi pun tersipu. “Don’t look at me.” Zulfi tetap terkekeh sampai Sharon
menegurnya. “Zul, jangan bercanda terus. Sekarang itu di urug pakai media tanam
tadi.” Sharon tak hanya mengarahkan Zulfi, namun seluruh temannya juga ia
arahkan dengan intruksi yang sama. “Sampai mana nih diurug nya?” Irul tak ingin
salah langkah dan akhirnya gagal. Sharon menoleh dan menjawab,“Sampai pangkal
batang aja.” Irul mengacungkan ibu jarinya yang mengisyaratkan “Sip”.
“Setelah ini siram. Terus jangan lupa
ajir bambunya dipasang, supaya tidak mudah goyang kalau ditiup angin.” Sharon
menerangkan seraya menyeka keringatnya yang sudah mengalir daritadi. “Selesai
juga akhirnya.” Zulfi menghela nafas dan terduduk di dekat tanamannya. “Jangan
lupa disiram secara teratur ya teman teman. Kita rawat bersama. Bukan hanya
untuk lomba GG saja, tapi untuk sekolah kita!” Karin menyemangati seluruh teman
temannya yang di jawab dengan suara riuh oleh teman temannya. “Ini bisa ku
terapkan di rumah. Aku akan membuat kejutan untuh ayah dan ibu.” gumam Karin
dalam hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar